Yuhuuu It’s Sunday.
Hari yang belum tentu bebas bekerja. Apa yang ada di pikiranku saat hari minggu
tiba? Kalau lagi di Berastagi? Of course kegiatan program mau tidak mau harus
dijalankan, harus me-lead tim untuk
menjalankan agenda di hari itu. Lalu kalau sedang di Medan? Lagi-lagi Minggu
belum tentu jadi day off. Kalau lagi di kamar mandi, harus ngeliat tumpukan
pakaian kotor yang seember. Woo, belum tentu seember, aku belum melupakan kain
yang digantung di belakang pintu plus kain kotor yang ku bawa dari bekerja. Ada
sisa-sisa debu vulkanik disitu. Belum lagi kalau lagi rebahan di tempat tidur,
ada aroma debu dari bantal dan sprey yang lebih sering ditinggali oleh si empunya.
Tempat tidur yang tidak nyaman memanggil niat untuk jemur kasur dan ganti
sprey. Lalu kalau nginjak lantai? Ada debu yang harus dipel dari situ. Lemari
dan meja juga ga kalah tebal debunya, mau ga mau harus dilap juga. Aaaarrrgh,
jadilah minggu harinya bekerja. Kalau bukan pekerjaan kantor ya pekerjaan
rumah. Kira-kira begitulah yang terjadi hampir setiap hari minggu selama aku
bekerja.
Hari ini, hari
Minggu ini aku merasa menang. Menang atas segala keinginan untuk bersih-bersih
apalagi untuk berleha-leha di hari minggu. By the way perlu kalian tahu bahwa
aku sudah jarang ke gereja. Juni baru ke gereja dua kali, sedang Mei sama
sekali tidak pernah gereja. Oh I can see
a pair of horn on ma’head. Yes, It’s a devil’s horn!
Selalu ada alasan
untuk segala hal, bahkan selalu ada alasan untuk setiap kesalahan. Kata Pastur
Lister “Kadang-kadang pengandaian tidak selalu benar.” Quote yang tadinya
kusepelekan karena disampaikan dengan cara yang salah kemudian kusadari
akhir-akhir ini bahwa quote itu memang benar.
Hari minggu sebagai
hari bekerja tentu menjadi alasan mengapa aku sudah jarang ke gereja. Kadang
aku menyebut hari minggu sebagai ‘Hari menyuci sedunia’ atau ‘Hari
malas-malasan sedunia’ atau yang paling ekstrim ‘Hari sesuka gue sedunia’.
Hari ini aku bangun
jam 8. Jangan tanya mengapa karena ku sudah menyerah untuk menemukan alasan
yang tepat untuk itu. Aku tidak mengabaikan niat yang datang dari hati untuk
bisa ibadah pagi. Okay, gereja kan masuknya jam 10, sementara ini masih jam 8.
Aku mulai merendam sepatu, kain kotor dan menghidupkan laptop sambil menunggu
kain-kain ku siap dicuci. Jam 9 berlalu, dan aku masih belum sarapan juga. Mata
masih tetap nempel di layar laptop, aktivitas-aktivitas seperti mantengin
sosmed, liat-liat foto, sortir-sorti file dan bersih-bersih folder sudah kulakukan
selama satu jam. Aku mulai mengabaikan niat ke gereja. Duh, belum lagi kain
kotor yang sudah menunggu di kamar mandi. Atau gereja sore aja ya? Atau
sekalian aja ga usah gereja? hihihi. The
devil’s horn suddenly appear!
Lama aku perhatikan
jam sambil mikir-mikir apakah aku jadi gereja atau tidak. Arrgh, memang selalu
banyak cobaan jika mau datang padaNYA. Aku ga boleh kalah! Tiiit, tombol shut
down ditekan dari laptop dan langsung bergegas beli sarapan. Aku hanya punya
waktu kurang lebih setengah jam untuk mandi dan sarapan. Jam 10 kurang 15 harus
sudah berangkat. Huh hah huh hah, finally bisa tiba di gereja jam 10 kurang 5
dan lega luar biasa bisa menang melawan cobaan di pagi ini. hahaha. The devil’s horn dissapear now!
Kotbah pendeta di
gereja tadi benar-benar menamparku hari ini, tamparan yang lumayan sakit dan
aku harus malu pada diriku sendiri. Katanya tadi hari minggu bukanlah hari
dimana kita harus fokus untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum sempat
dikerjakan pada enam hari sebelumnya, hari minggu bukanlah hari ‘jemur-jemur
tilam dan bersih-bersih rumah’. Hari minggu seyogianya betul-betul di fokuskan
untuk mengistirahatkan jiwa dari segala beban pekerjaan di hari-hari
sebelumnya. Hari minggu adalah harinya Tuhan, seperti lirik lagu sekolah minggu
yang sudah tertanam di ingatanku. Boleh sih jika mau bersih-bersih, tapi jangan
jadikan itu prioritas hingga harus mengabaikan ke gereja. Ibadah itu layaknya
charger jiwa, jiwa yang dipenuhi dengan damai Kristus akan menguatkan kita
melalui hari demi hari hingga tiba waktunya lagi kita bertemu dengan Tuhan dan
jemaatnya.
Aku bersyukur sekali
bisa ibadah hari ini, aku merasa semangat dan passionku sudah penuh kembali
untuk melakukan pelayanan kemanusiaan enam hari ke depannya. Hari ini aku
menang tapi aku menyesalkan kekalahanku yang sudah terlalu banyak. Kenapa ke
gereja aja susah ya? Kepenuhan hari ini semoga cukup untuk senantiasa
mengingatkanku bahwa tidak ada alasan untuk tidak datang pada Tuhan. Sebetulnya
ada banyak keuntungan yang kita dapatkan jika kita ke gereja. Memang, gereja
bukanlah untuk mencari untung, tapi kalau memang butuh alasan rasional untuk
itu aku siap mengeluarkan alasan-alasan yang ada di kepalaku ini.
Mau tahu
keuntungan-keuntungan jika datang ke gereja? Aku jelaskan secara kronologis ya.
Pertama, aku pergi
ke gereja dengan angkutan umum. Seperti pagi ini aku berangkat dengan becak. Nah
ongkos becak yang kuberikan itu tentu sudah membantu abang tukang becak
mengumpulkan pundi-pundi nafkahnya hari ini. aku sudah beramal dan membantu
orang mencari nafkah. Satu!
Dua, saat kita
bernanyi dan memuji Tuhan di gereja, lirik demi lirik yang kita nyanyikan akan
kita resapi sebagai jawaban atas pergumulan hidup yang sedang atau pernah kita
rasakan selama ini. sadar nggak sih, dalam pujian penyembahan sebetulnya ada
jawaban-jawaban Tuhan untuk setiap persoalan yang kita sedang hadapi. Contohnya
lagu ‘Allah Peduli’ atau lagu ‘JanjiMU sperti Fajar’. Lirik lagunya sebetulanya
sudah jelas merupakan jawaban atas segala pergumulan hidup.
Tiga, yang paling
penting dan yang paling essensial : Kotbah Hamba Tuhan. Di dalam kotbah banyak
pengetahuan dan pemahaman alkitabiah yang bisa kita dapatkan. Yaaa, semua
pendeta pasti punya plus-minus dalam penyampaian kotbah, namun jika tubuh dan
roh sudah tertuju pada firmanNYA, kita akan lebih fokus kepada isi daripada
cara penyampaian. Di dalam moment kotbah ini sebetulnya ada penguatan dan
pemulihan yang kita butuhkan untuk mencharger jiwa yang sudah melemah karena
berbagai rutinitas.
Empat, dalam setiap
doa yang dipanjatkan bersama jemaat maupun pribadi adalah kesempatan dimana
kita mendapat kepenuhan roh, semangat dan damai sejahtera untuk menjalani
hari-hari berikutnya. Dalam doa ada hubungan pribadi dengan Tuhan yang
terbangun, dan doa juga sebetulnya melatih kita untuk berkomunikasi dan
berdiplomasi. Ceileh.
Lima, dalam setiap
rupiah yang kita persembahkan ada kontribusi yang kita berikan untuk membangun
tubuh Kristus. Saat memberikan persembahan kita sudah ambil bagian dalam
mendukung pelayanan baik di dalam gereja maupun di luar gereja. Di gereja X ini
misalnya, persembahan pertama digunakan untuk mendukung pelayanan di gereja,
sedang persembahan kedua digunakan untuk mendukung misi penginjilan kepada
suku-suku terasing yang belum mengenal Tuhan. Lagi-lagi keuntungan bagi kita
bisa turut ambil bagian dalam membangun kerajaan Kristus di dunia.
Enam, sama seperti
alasan yang pertama. Ongkos pulang dari gereja hari ini bisa membantu orang
lain mencari nafkah. Hahaha, liat donk betapa realnya alasan-alasan ini. Meski
mungkin terdengar sedikit konyol, tapi percayalah kawan, gereja itu tidak sesederhana
kamu datang, nyanyi, dengar kotbah dan pulang.
Tujuh, delapan,
sembilan, dst.. Keuntungan-keuntungan lain yang bisa kamu tambahkan dari
pikiran mu sendiri, hihihi.
Tulisan ini sengaja
ku buat untuk mengingatkan diriku jika tanduk devil itu mulai muncul lagi. Aku
berharap saat aku mulai malas ke gereja aku bisa berefleksi dari membaca
tulisan ini. Tidak menutup kemungkinan sahabat sekalian juga bisa
menggunakannya sebagai penyemangat untuk datang ke gereja. Kemenanganku hari
ini adalah titik awal untuk membalaskan kekalahan-kekalahan sebelumnya. Gereja
tetap harus menjadi prioritas di hari minggu, dan semoga tidak ada lagi alasan
pembenaran untuk tidak melakukannya. Aku menang hari ini!