Jumat, 22 November 2013

Ternyata Testimoniku Bisa Menggugah

Beberapa waktu lalu, Bapak Josef Bataona (Head Director of Human Resources PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk) mengirim pesan pada saya. Intinya adalah beliau minta izin untuk sharing kisah blog saya sebagai bahan presentasi beliau di IPB akhir bulan Oktober lalu. Ya jelas saya bangga bukan kepalang. Kisah yang tadinya hanya menetap di blog kini bisa disiarkan hingga pulau seberang lewat beliau. Ups, ia. Sebelumnya saya ingin bercerita tentang siapa Bapak Josef Bataona dimata saya.

Bertemu beliau di pertengahan Januari lalu membuat saya punya bingkai pikiran tersendiri tentang beliau. Saat itu beliau membawakan presentasi bagi ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Camp I ‘Beasiswa Indofood Sukses Makmur, Tbk Batch V’ (BISMA Batch V) yang diadakan di Pusdiklat Indofood - Cibodas. Rasanya pepatah ‘tidak ada sesuatu yang kebetulan’ ataupun pepatah ‘everything happens with a reason’ cocok untuk menggambarkan pertemuan pertama saya dengan beliau.


Sebelum beliau tampil mengisi materi, panitia acara (officer) mengumpulkan 13 mahasiswa perwakilan 13 universitas yang tergabung dalam Camp BISMA untuk berfoto dalam simbolisasi pemberian Beasiswa Indofood Sukses Makmur, Tbk. Saya juga bingung mengapa waktu itu bisa terpilih mewakili USU padahal saya bukanlah PJ Universitas. Nah, karena terpilih menjadi salah satu perwakilan itulah saya mendapat tempat duduk paling depan. Dan sesaat setelah moment simbolisasi itu, pak Josef langsung memberikan materi. Keuntungannya adalah saya mendapat tempat paling depan untuk mendengarkan materi beliau. Mungkin jika saya duduk di tempat paling belakang waktu itu, saya tidak akan fokus mendengarkan beliau, dan karena tidak fokus mungkin saya juga tidak akan mencari tahu lebih dalam tentang beliau.

Ada beberapa alasan mengapa saya bisa terinspirasi dan mengidolakan beliau. Tapi sebelum saya tahu lebih banyak tentang beliau, pertemuan pertama memang sudah memberikan kesan tersendiri pada saya bahwa beliau bukan orang biasa. Masuk keruangan dengan stelan wardrobe yang tidak terlalu formal, waktu itu beliau mengenakan kemeja kotak-kotak lengan panjang berwarna merah marun dan putih dipadu jins biru plus ikat pinggang hitam. Jika sebelum-sebelumnya kami bertemu dengan pemateri yang berpakaian cukup formal seperti Pak Sujarwo dan Pak Dadit, kali ini pemandangannya cukup berbeda. Bukan hanya soal wardrobe itu, saya juga memperhatikan postur tubuh beliau yang saya pikir tidak seperti postur tubuh Bapak-bapak pada umumnya. Perutnya rata, badannya proporsional dan terlihat begitu fit. Dalam sesi materinya ternyata saya baru tahu bahwa beliau berkomitmen menghabiskan waktu 3-4 kali seminggu untuk nge-gym, sit up 300 kali tiap olahraga dan memilih untuk naik tangga (bukan lift) jika ingin mencapai ruangan kantornya. Itu luar biasa!! (*sambil melirik timbunan lemak di perut)

Berikut beberapa alasan mengapa saya menempatkan beliau sebagai sosok inspirator dalam hidup saya. Pertama, beliau adalah salah satu contoh anak pedalaman yang bisa sukses di kota besar. Bukan hanya dikota besar, namun regional Asia-Pasifik. Beliau hanya anak pedalaman dari sebuah pulau terpencil bernama Lembata di ujung Flores. Saya sendiri tidak pernah mendengar nama tempat itu.

Kedua, beliau berani mengambil keputusan keluar dari kampung halamannya dengan hanya bermodal percaya dan restu orangtua. Untuk bisa kuliah beliau mencari uang sendiri dengan bekerja part time. Pastinya lelah sekali ya, tapi itu tidak menyurutkan semangat beliau untuk sebuah pencapaian yang lebih baik lagi. Keberanian seperti itulah yang rindu saya rasakan ada dalam diri saya.

Ketiga, beliau punya segudang prestasi. Saat mengawali materi beliau sempat memperkenalkan dirinya dan juga prestasi yang pernah ia dapatkan. HR Executive of The Year, Tokoh HR Inspiratif 2009, Best Contribution to HR Community Award, No.1 HR Professional, Asia’s Best Employer Brand dan banyak lagi prestasi beliau yang membuat mata saya terbuka lebar membacanya. Prestasi-prestasi gemilang yang juga sangat membuat iri (in a positive way). Saya ingin menorehkan prestasi semacam ini suatu saat nanti.
 
Keempat, selain bekerja sebagai direktur HR, ternyata beliau juga seorang PENULIS yang handal! Wow!! Beliau punya blog pribadi dan rutin menuliskan artikel baru setiap minggunya. Ini yang membuat saya terinspirasi untuk menulis. Boleh dicek di blog saya, saya baru mulai gencar menulis lagi sejak Februari 2013 – setelah camp I BISMA – dan setelah saya rutin membaca tulisan di blog beliau. Tulisan-tulisan beliau begitu menggugah saya untuk membangunkan kembali hobi menulis yang sudah lama mati suri. Sangat sulit memulainya waktu itu, rasanya canggung ketika menulis artikel pertama. Banyak redaksi kata yang salah dan harus dibaca berulang kali untuk memastikan tidak ada kata yang ‘miss’.

Alasan keempat ini yang membuat saya sangat terinspirasi dengan beliau. Rasanya wajar jika mengidolakan seseorang yang punya hobby sama dengan kita. Pernah waktu itu saya menulis kisah tentang ‘Juru Parkir Penjaga Dompet’ dan sangat unpredictable karena ternyata beliau membaca kisah itu. Itulah pertama sekali beliau mengirimkan tweet pada saya dan meyakinkan saya bahwa 'memulai memang sulit, tapi jika sudah dimulai maka kita akan mengalami progress’. Tulisan demi tulisan lainnya mulai saya kumandangkan setelah itu.

Ada satu kisah cinta yang pernah saya tuliskan di blog saya, judulnya “Aku Ingat Saat Pertama Kali Jatuh Cinta Padamu, Indonesiaku”. Tulisan ini sepertinya sangat menggugah beliau hingga mengirimkan lagi tweet pada saya tentang moment rasa cinta pada negara yang bisa muncul saat kita mencium sang saka merah putih. Nah, dari situ saya semakin percaya diri untuk menulis. Hmm, apa ya? Rasanya berkat luar biasa saat ada orang yang menginspirasi saya untuk menulis, lalu tiba-tiba tulisan saya dibaca oleh dia yang menginspirasi saya..dan tidak hanya dibaca, namun juga diberikan apresiasi.

Kembali ke paragraf awal cerita ini. Beberapa waktu setelah Pak Josef presentasi di IPB dengan mengangkat sedikit kisah dari blog saya beliau kembali mengirimkan email pada saya. Isinya adalah : “Ruangan hening, ketika saya membacakan testimoni Evi, yang bisa ditemukan di 3 slides terakhir. Terima kasih untuk inspirasi dari Evi.

Wah, terharu luar biasa saat membaca email beliau. Bukannya mau melebih-lebihkan ya, tapi rasanya itu seperti di acara reality show Tv yang mempertemukan seorang artis dengan fansnya. Rasanya sama semisal saya yang ngefans sama Raditya Dika tiba-tiba diajak Dika nulis bareng di novelnya. Atau semisal saya yang ngefans sama Agnes Monica tiba-tiba diajak berduet di single terbarunya (*khayalan keterlaluan). Hahaha. Tapi begitulah rasanya.

Tidak pernah terpikir bahwa testimoni di blog saya bisa menggugah orang-orang walaupun ceritanya dikisahkan lagi oleh orang lain. Bukan saya mau menyombong, tapi sungguh moment ini membuat saya jauh lebih punya ‘appreciation’ terhadap diri saya, membuat saya lebih percaya diri dan percaya bahwa saya bisa melakukan segalanya.

Berikut sepenggal artikel blog Bapak Josef Bataona yang mengisahkan tulisan dari blog saya:

Kesaksian yang Menyentuh
Evi H. Saragih, salah seorang peserta Indofood Leadership Camp, menemukan titik balik dalam kehidupannya. Atas izin Evi, tiga slide berikut ini saya jadikan bagian dari presentasi saya di IPB, dan sekarang saya bagi untuk pembaca semuanya. 




Sudah berapa kali kita mendengarkan dan/atau mengucapkan Sumpah Pemuda? Ini merupakan komitmen yang sangat powerful oleh pendahulu kita, dan sekarang kita menikmatinya. Sudah berapa sering kita mengeluh tentang berbagai kenyataan yang tidak menyenangkan di Bumi Pertiwi ini?? Tidak terhitung!! Dan tentu saja lebih relevan untuk bertanya: “Apa yang sudah kita lakukan untuk turut membawa bangsa dan Negara ini ke tingkat yang lebih baik??”

Semoga kesaksian singkat dari Evi Saragih, bisa memberikan kita inspirasi untuk turut menyadari dan mengambil langkah, karena: Negara dan Bangsa menanti Darma Bakti Kita semua. Terima kasih Evi!! 


Atau sahabat sekalian bisa membacanya disini :
Saya jadi ingat salah satu cara ampuh untuk menginspirasi orang lain. Cara tersebut menyiratkan adanya hubungan sebab-akibat. Dikatakan bahwa “Jika ingin menginspirasi oranglain, maka terinspirasilah terlebih dahulu”. Seperti Bapak Josef Bataona yang membuat saya terinspirasi untuk menulis, maka saya bisa menginspirasi orang lain lewat tulisan saya. Terimakasih kembali Pak Josef!!