Sabtu, 27 April 2013

Aku Ingat Saat Pertama Kali Jatuh Cinta Padamu, Indonesia!

Pada tanggal 1-6 April 2013 lalu, aku berkesempatan mengikuti Indofood Leadership Camp II yang disponsori oleh PT.Indofood Sukses Makmur, Tbk-perusahaan yang menjadi donatur atas beasiswa yang kuterima hampir setahun ini. Camp diadakan di Markas Besar Akademi Militer-Magelang (Jawa Tengah). Oke aku jujur, sebetulnya sudah berbulan-bulan aku menantikan camp ini, tak sabar ingin segera merasakan latihan ala militer yang sudah digembor-gemborkan saat Camp I di Cibodas Januari lalu.

Tiba di Yogyakarta Minggu, 31 Maret 2013 kami langsung dijemput bapak-bapak berpakaian TNI di Stasiun Tugu. Waduh, aura militernya mulai terasa, pikirku. Sedikit terkejut dan diluar perkiraan, ternyata kami dijemput dengan Bus Akmil yang diiringi Mobil Provost didepan rombongan. Sepanjang jalan sirene provost terus berkumandang memaksa kendaraan lain yang ada di jalan raya tuk segera menyingkir. Belum pernah aku merasakan perjalanan selancar itu, seolah-olah berada di jalan tol bebas hambatan sepanjang jalan. Hebat! Serasa tamu negara yang perlu pengawasan ketat dari militer, padahal tak seperti itu kenyataannya. Kami semua hanyalah mahasiswa beruntung yang dikumpulkan dari seluruh penjuru Indonesia untuk dididik fisik dan mentalnya dengan harapan kelak kami bisa jadi pemimpin di negeri ini dan membawa Indonesia pada sebuah perubahan yang dicita-citakan masyarakat banyak.

Hari-hari selama di Akmil ternyata tak seindah yang kubayangkan (kecuali saat beraktivitas bersama taruna-tarunanya: katakanlah itu nilai plus, hehehe). Begitu sampai, kami langsung diperintahkan makan malam ala perwira yang membuat aku hampir muntah. Selain punya aturan table-manner dimana makan harus duduk dengan tegak, sendok tidak boleh berbenturan dengan piring, siku tangan tidak boleh bersandar ke meja, yang paling menyebalkan adalah saat kami diwajibkan menghabiskan semua makanan yang tersedia di piring kami dengan waktu hanya lima menit. Itu yang membuatku hampir muntah. Ya ampun, entah trik apa yang kupakai saat itu hingga bisa menghabiskan makanan sepanci hanya dalam waktu lima menit.


Oke lupakan soal table-manner, ternyata kami juga harus belajar peraturan baris-berbaris yang sempurna, outbond yang membuat kedua lututku biru bercampur merah (biram), survival di hutan Tidar (harus makan cacing hidup-hidup, huekss), memakai kompas hingga wawasan berbangsa yang sama sekali belum pernah kudapat dari sekolah maupun dari kampus. Nanti (dalam tulisan lain) aku akan ceritakan satu-persatu pelajaran yang kami dapat di Akmil. Khusus dalam tulisan ini aku hanya ingin menceritakan kisah cinta yang kualami secara pribadi selama proses ILC II kemarin. Kisah cinta yang seumur hidup baru sekali kualami dan hingga detik ini, aku selalu merindukan saat-saat jatuh cinta itu. Aku ingat saat pertama kali jatuh cinta padamu, Indonesiaku.

Di malam terakhir Camp Akmil (5 Apr) kami mengadakan 'Malam Keakraban' sekaligus Malam Perpisahan karena esok paginya adalah penutupan camp dan kami harus pulang ke universitas masing-masing. Selain mengadakan parodi, kami juga menyatu dengan donatur dan TNI-TNI yang selama seminggu itu menjadi pelatih kami. Lucu sekali kalau diingat karena setelah parodi kami dangdutan bersama, haha. Seumur hidup baru itu benar-benar merasakan nikmatnya dangdutan. Mendadak suka dangdut karena menurutku dangdut itu adalah musik yang bisa mempersatukan semua kalangan, tak peduli mana yang pemimpin mana yang bawahan, semua menyatu dalam satu irama. Tareeeekk maaaangg...! Aku mengira dangdutan akan menutup acara Malam Keakraban itu, ternyata itu belum Puncak Acara. Sempat kaget karena sehabis berjoget-ria kami kembali disuruh baris yang rapi. Ternyata ada acara yang jauh lebih spektakuler dari parodi dan dangdutan malam itu.

Suasana kembali hening, api unggun belum juga padam. Tiga orang siswa membawa tiga bendera, bendera merah putih, bendera BISMA dan bendera KSE. Nada piano kemudian mengalun lembut mengiringi nyanyian syahdu kami. Beberapa lagu kebangsaan mulai berkumandang, seperti lagu Padamu Negri, Tanah Airku dan ada satu lagu lagi yang aku lupa judulnya apa (oalah).

Ternyata acara ditutup dengan penyatuan tekad dari peserta camp untuk membangun Indonesia dimasa mendatang. Menjadi sosok pemimpin yang bisa membenahi negeri dari keterpurukan-keterpurukan yang terjadi di masa sekarang. Lagu kebangsaan dan musik mengalun bagitu syahdu, mengalun hingga kedalam kalbu, memunculkan rasa yang sama dari semua peserta. Aku tak pernah menyangka akan merasakannya.

Rasa cinta itu muncul! Semakin membesar dan lebih besar lagi seiring dengan semakin dekatnya langkah kaki menuju bendera merah putih. Di acara puncak ini satu persatu kami harus mencium ketiga bendera yang dengan kokoh berdiri di dalam gengaman tiga siswa. Musik terus mengalun mengiringi langkah masing-masing kami yang akan melakukan prosesi cium bendera. Dan entah apa yang kurasa saat itu, mungkin manifestasi dari rasa penyesalan karena merasa belum pernah berbuat apa-apa untuk negeri ini. Rasanya berdosa selama ini sudah banyak menjatuhkan negara sendiri, mulai dari kata-kata pesimis akan kemajuan Indonesia, mengejek pemerintah, menghina birokrasi, menertawakan oknum-oknum tertentu, tanpa pernah berkaca diri dan bertanya "memangnya apa yang sudah kubuat untuk negeri ini?" Miris!

Dan puncaknya adalah saat sudah berdiri di depan Sang Saka Merah Putih, aku mengambil sikap hormat sebelum mencium bendera dan air mata mulai jatuh. Saat mencium bendera kurasakan ada beberapa tetes air mata yang tertinggal di bendera itu. 21 tahun hidup di Indonesia dan baru kali itu merasakan jatuh cinta -benar-benar jatuh cinta- pada negeri sendiri. Cinta yang begitu kuat yang memunculkan tekad dalam diri untuk ikut ambil bagian membenahi bangsa ini suatu saat nanti. Ya, aku Cinta Indonesia, aku cinta negeriku. Tak lagi malu menjadi warga negara Indonesia. Aku cinta padanya, dan suatu saat nanti aku akan buktikan rasa cinta ini dengan sebuah pengabdian. Pengabdian yang membawa negeri ini kembali pada masa kejayaannya. Seperti pesan terakhir yang Akmil berikan pada kami : Negara dan Bangsa Menanti Darma Baktimu !


Sangat beruntung diikutsertakan dalam kegiatan yang membawaku pada rasa cinta akan negeri ini. Sudah lama aku kehilangan simpati akan Indonesia. Sudah lama aku kehilangan optimisme bahwa negara ini bisa berubah kearah yang lebih baik. Dalam sebuah sesi pelajaran, pelatih kami Letkol Caj Drs. George Royke Deksino, M.Han bilang : "Jangan pesimis, karena mulai muncul pemimpin-pemimpin yang baik dari negeri kita seperti Jokowi-Ahok; meski mungkin hanya ada satu diantara seratus, namun bukan tidak mungkin dari satu menjadi seratus. Mengapa tidak mungkin? Karena kalian saja yang ada disini sudah lebih dari seratus." Artinya, kamilah yang diharapkan turut menjadi pemimpin-pemimpin yang bersatu-padu membawa Indonesia tercinta pada suatu perubahan besar dimasa mendatang.

Aku cinta negaraku!


-Akademi Militer Magelang, 5 April 2013: saat pertama kali jatuh cinta pada Indonesia- 

6 komentar:

  1. Cerita yang bagus, inspiratif Salam KSE dek...

    BalasHapus
  2. Terimakasih bg Rinaldi Daswito. Aku masih penulis pemula bang, hehe. Tapi senang sekali rasanya bisa berbagi.
    Btw, abg anak KSE jugakah?
    Darimana bang? Salam suKSEs!

    BalasHapus
  3. Mantav!
    Kirim ke suara usu,biar.dicetak sekalian..

    BalasHapus
  4. Thanks bang. Ini bang Maykel bukan?
    Namanya WOW deh bang, kirain siapa. hehehe
    Kalo dikirim ke Surus udah lewat momentnya bg.
    Harusnya kalo mw kirim sebelum 17-an kemarin, hahaha

    BalasHapus
  5. Terimakasih adik Ukap Liboy.
    Kamu juga mantap karena menyempatkan diri membaca ini.
    Tetap berkarya lewat tulisan ya!

    BalasHapus