Senin, 06 Mei 2013

Bapak Baju Cokelat Pemungut Sampah

Sore yang cukup macet. Antrian kendaraan terlihat sejauh mata memandang. Belum lagi ada beberapa sepeda motor yang menerobos masuk lewat trotoar yang semestinya menjadi hak bagi pejalan kaki. Sangat menggangu pemandangan.

Sudah hampir lima belas menit aku berdiri di tepi trotoar menantikan si pacar yang akan menjemputku. Hari yang melelahkan karena banyak jadwal dan kewajiban yang tidak bisa dielakkan. Puji Tuhan saat jam menunjukkan pukul enam sore, segala tugas dan kewajiban telah terlaksana dengan baik.

Sembari menunggu jemputan, mataku ditarik oleh sebuah pemandangan yang sangat tidak biasa. Di sebelah kanan dari tempatku menunggu terlihat seorang Bapak berusia 40-an sedang mengumpulkan sampah yang berserakan dan memasukkannya ke dalam bak penampungan sampah yang kebetulan tersedia di tepi jalan tempatku menunggu.

Sedikit kaget, karena kuyakin pekerjaan Bapak itu bukanlah petugas pemungut sampah. Dia memakai baju PNS berwarna cokelat. Sepeda motornya diparkir dekat bak penampungan sampah dan ia memunguti sampah-sampah yang berserakan di tepi jalan besar tersebut. Satu, dua, tiga, hingga puluhan sampah ia pungut dan masukkan ke dalam bak penampungan sampah. Aku terkaget!

Rasanya ini pemandangan yang sungguh jarang terlihat. Padahal ia bukan orang gila, pakaian dinas PNSnya yang rapi menunjukkan ia bukanlah orang bodoh. Tapi apa ini? Mengapa dia memunguti sampah-sampah yang berserakan itu? Tanpa rasa malu? Tanpa peduli bagaimana pandangan orang terhadapnya? Hey, padahal itu di tepi jalan besar yang tengah macet total.

Wah, besar sekali jiwanya. Betapa pedulinya dia akan kebersihan lingkungan. Rela memunguti sampah yang bahkan disebabkan oleh ulah orang lain. Dan dia melakukannya sambil tersenyum, tanpa beban. Saat tepi jalan itu sudah bersih, ia membasuh tangannya dengan air dalam botol mineral lalu pergi melanjutkan perjalanannya seakan tidak sadar apa yang baru saja ia lakukan.

Aku membayangkan seandainya seperempat saja warga Indonesia melakukan hal yang sama setiap harinya, pasti negeri ini bersih dari sampah. Bayangkan berapa banyak sampah yang bisa dipungut seperempat warga Indonesia dimana satu orang minimal bisa memungut sepuluh sampah. A great things begin from a small things, right? Masalahnya, cukup berbesar jiwakah kita melakukan hal sama? Atau cukup berbesar jiwakah aku melakukan hal yang sama? Aku tertampar! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar