Minggu, 22 Juni 2014

I WIN TODAY : SUNDAY WINNER!

Yuhuuu It’s Sunday. Hari yang belum tentu bebas bekerja. Apa yang ada di pikiranku saat hari minggu tiba? Kalau lagi di Berastagi? Of course kegiatan program mau tidak mau harus dijalankan, harus me-lead tim untuk menjalankan agenda di hari itu. Lalu kalau sedang di Medan? Lagi-lagi Minggu belum tentu jadi day off. Kalau lagi di kamar mandi, harus ngeliat tumpukan pakaian kotor yang seember. Woo, belum tentu seember, aku belum melupakan kain yang digantung di belakang pintu plus kain kotor yang ku bawa dari bekerja. Ada sisa-sisa debu vulkanik disitu. Belum lagi kalau lagi rebahan di tempat tidur, ada aroma debu dari bantal dan sprey yang lebih sering ditinggali oleh si empunya. Tempat tidur yang tidak nyaman memanggil niat untuk jemur kasur dan ganti sprey. Lalu kalau nginjak lantai? Ada debu yang harus dipel dari situ. Lemari dan meja juga ga kalah tebal debunya, mau ga mau harus dilap juga. Aaaarrrgh, jadilah minggu harinya bekerja. Kalau bukan pekerjaan kantor ya pekerjaan rumah. Kira-kira begitulah yang terjadi hampir setiap hari minggu selama aku bekerja.

Hari ini, hari Minggu ini aku merasa menang. Menang atas segala keinginan untuk bersih-bersih apalagi untuk berleha-leha di hari minggu. By the way perlu kalian tahu bahwa aku sudah jarang ke gereja. Juni baru ke gereja dua kali, sedang Mei sama sekali tidak pernah gereja. Oh I can see a pair of horn on ma’head. Yes, It’s a devil’s horn! 

Selalu ada alasan untuk segala hal, bahkan selalu ada alasan untuk setiap kesalahan. Kata Pastur Lister “Kadang-kadang pengandaian tidak selalu benar.” Quote yang tadinya kusepelekan karena disampaikan dengan cara yang salah kemudian kusadari akhir-akhir ini bahwa quote itu memang benar.

Hari minggu sebagai hari bekerja tentu menjadi alasan mengapa aku sudah jarang ke gereja. Kadang aku menyebut hari minggu sebagai ‘Hari menyuci sedunia’ atau ‘Hari malas-malasan sedunia’ atau yang paling ekstrim ‘Hari sesuka gue sedunia’.

Hari ini aku bangun jam 8. Jangan tanya mengapa karena ku sudah menyerah untuk menemukan alasan yang tepat untuk itu. Aku tidak mengabaikan niat yang datang dari hati untuk bisa ibadah pagi. Okay, gereja kan masuknya jam 10, sementara ini masih jam 8. Aku mulai merendam sepatu, kain kotor dan menghidupkan laptop sambil menunggu kain-kain ku siap dicuci. Jam 9 berlalu, dan aku masih belum sarapan juga. Mata masih tetap nempel di layar laptop, aktivitas-aktivitas seperti mantengin sosmed, liat-liat foto, sortir-sorti file dan bersih-bersih folder sudah kulakukan selama satu jam. Aku mulai mengabaikan niat ke gereja. Duh, belum lagi kain kotor yang sudah menunggu di kamar mandi. Atau gereja sore aja ya? Atau sekalian aja ga usah gereja? hihihi. The devil’s horn suddenly appear!

Lama aku perhatikan jam sambil mikir-mikir apakah aku jadi gereja atau tidak. Arrgh, memang selalu banyak cobaan jika mau datang padaNYA. Aku ga boleh kalah! Tiiit, tombol shut down ditekan dari laptop dan langsung bergegas beli sarapan. Aku hanya punya waktu kurang lebih setengah jam untuk mandi dan sarapan. Jam 10 kurang 15 harus sudah berangkat. Huh hah huh hah, finally bisa tiba di gereja jam 10 kurang 5 dan lega luar biasa bisa menang melawan cobaan di pagi ini. hahaha. The devil’s horn dissapear now!

Kotbah pendeta di gereja tadi benar-benar menamparku hari ini, tamparan yang lumayan sakit dan aku harus malu pada diriku sendiri. Katanya tadi hari minggu bukanlah hari dimana kita harus fokus untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum sempat dikerjakan pada enam hari sebelumnya, hari minggu bukanlah hari ‘jemur-jemur tilam dan bersih-bersih rumah’. Hari minggu seyogianya betul-betul di fokuskan untuk mengistirahatkan jiwa dari segala beban pekerjaan di hari-hari sebelumnya. Hari minggu adalah harinya Tuhan, seperti lirik lagu sekolah minggu yang sudah tertanam di ingatanku. Boleh sih jika mau bersih-bersih, tapi jangan jadikan itu prioritas hingga harus mengabaikan ke gereja. Ibadah itu layaknya charger jiwa, jiwa yang dipenuhi dengan damai Kristus akan menguatkan kita melalui hari demi hari hingga tiba waktunya lagi kita bertemu dengan Tuhan dan jemaatnya.

Aku bersyukur sekali bisa ibadah hari ini, aku merasa semangat dan passionku sudah penuh kembali untuk melakukan pelayanan kemanusiaan enam hari ke depannya. Hari ini aku menang tapi aku menyesalkan kekalahanku yang sudah terlalu banyak. Kenapa ke gereja aja susah ya? Kepenuhan hari ini semoga cukup untuk senantiasa mengingatkanku bahwa tidak ada alasan untuk tidak datang pada Tuhan. Sebetulnya ada banyak keuntungan yang kita dapatkan jika kita ke gereja. Memang, gereja bukanlah untuk mencari untung, tapi kalau memang butuh alasan rasional untuk itu aku siap mengeluarkan alasan-alasan yang ada di kepalaku ini.

Mau tahu keuntungan-keuntungan jika datang ke gereja? Aku jelaskan secara kronologis ya.

Pertama, aku pergi ke gereja dengan angkutan umum. Seperti pagi ini aku berangkat dengan becak. Nah ongkos becak yang kuberikan itu tentu sudah membantu abang tukang becak mengumpulkan pundi-pundi nafkahnya hari ini. aku sudah beramal dan membantu orang mencari nafkah. Satu!

Dua, saat kita bernanyi dan memuji Tuhan di gereja, lirik demi lirik yang kita nyanyikan akan kita resapi sebagai jawaban atas pergumulan hidup yang sedang atau pernah kita rasakan selama ini. sadar nggak sih, dalam pujian penyembahan sebetulnya ada jawaban-jawaban Tuhan untuk setiap persoalan yang kita sedang hadapi. Contohnya lagu ‘Allah Peduli’ atau lagu ‘JanjiMU sperti Fajar’. Lirik lagunya sebetulanya sudah jelas merupakan jawaban atas segala pergumulan hidup.

Tiga, yang paling penting dan yang paling essensial : Kotbah Hamba Tuhan. Di dalam kotbah banyak pengetahuan dan pemahaman alkitabiah yang bisa kita dapatkan. Yaaa, semua pendeta pasti punya plus-minus dalam penyampaian kotbah, namun jika tubuh dan roh sudah tertuju pada firmanNYA, kita akan lebih fokus kepada isi daripada cara penyampaian. Di dalam moment kotbah ini sebetulnya ada penguatan dan pemulihan yang kita butuhkan untuk mencharger jiwa yang sudah melemah karena berbagai rutinitas.

Empat, dalam setiap doa yang dipanjatkan bersama jemaat maupun pribadi adalah kesempatan dimana kita mendapat kepenuhan roh, semangat dan damai sejahtera untuk menjalani hari-hari berikutnya. Dalam doa ada hubungan pribadi dengan Tuhan yang terbangun, dan doa juga sebetulnya melatih kita untuk berkomunikasi dan berdiplomasi. Ceileh.


Lima, dalam setiap rupiah yang kita persembahkan ada kontribusi yang kita berikan untuk membangun tubuh Kristus. Saat memberikan persembahan kita sudah ambil bagian dalam mendukung pelayanan baik di dalam gereja maupun di luar gereja. Di gereja X ini misalnya, persembahan pertama digunakan untuk mendukung pelayanan di gereja, sedang persembahan kedua digunakan untuk mendukung misi penginjilan kepada suku-suku terasing yang belum mengenal Tuhan. Lagi-lagi keuntungan bagi kita bisa turut ambil bagian dalam membangun kerajaan Kristus di dunia.

Enam, sama seperti alasan yang pertama. Ongkos pulang dari gereja hari ini bisa membantu orang lain mencari nafkah. Hahaha, liat donk betapa realnya alasan-alasan ini. Meski mungkin terdengar sedikit konyol, tapi percayalah kawan, gereja itu tidak sesederhana kamu datang, nyanyi, dengar kotbah dan pulang.

Tujuh, delapan, sembilan, dst.. Keuntungan-keuntungan lain yang bisa kamu tambahkan dari pikiran mu sendiri, hihihi.

Tulisan ini sengaja ku buat untuk mengingatkan diriku jika tanduk devil itu mulai muncul lagi. Aku berharap saat aku mulai malas ke gereja aku bisa berefleksi dari membaca tulisan ini. Tidak menutup kemungkinan sahabat sekalian juga bisa menggunakannya sebagai penyemangat untuk datang ke gereja. Kemenanganku hari ini adalah titik awal untuk membalaskan kekalahan-kekalahan sebelumnya. Gereja tetap harus menjadi prioritas di hari minggu, dan semoga tidak ada lagi alasan pembenaran untuk tidak melakukannya. Aku menang hari ini!