“ketika
juru parkir mengalahkan pejabat”
Sore kemarin (11 Juni 2013)
saat aku dan pacar baru pulang dari aktivitas masing-masing, kami memutuskan
untuk nonton. Ups, jangan berpikir bahwa nonton disini maksudnya adalah di
bioskop, dengan gambar kualitas HD dan suara kualitas Dolby Digital yang harus dibayar
dengan tiket sebesar 25ribu rupiah. Nonton dalam kamus kami adalah berburu DVD
murah (baca: bajakan), sediakan laptop, speaker serta cemilan ringan dan tidak
di bioskop, melainkan di rumah (kost). Baiklah itu memang agak ngirit, tapi sudah sangat menghibur dan
merelakskan otak yang lelah sehabis
melakukan rutinitas.
Kami memutuskan tuk hunting
DVD di daerah Dr.Mansyur-Medan. Ada satu tempat
favorit tuk hunting DVD disana, bahkan sudah jadi tempat langganan kami.
Pacar setia dengan tas kecil buatan Eiger yang selalu nempel di bahunya. Dan
seperti biasa, aku hanya memegang dompet. Hp sengaja kumasukkan ke kantong celana, takut-takut terjatuh saat
naik motor.
Sampai di tempat DVD kami memarkir motor dibadan jalan. Ada juru parkir yang bertugas mengarahkan posisi setiap motor yang parkir, dan parkir di tempat itu adalah gratis karena sudah menjadi salah satu fasilitas yang disediakan pengusaha DVDnya. Dengan nafsu berburu DVD, kamipun langsung masuk ke dalam toko.
Pilih punya pilih, akhirnya
pilihan kami jatuh pada sebuah film yang bertemakan ‘balap’. Resume filmnya
cukup menarik ditambah pemainnya rata-rata aktor kelas kakap Holywood. Sip,
kaset diambil dan siap dicoba karena ditoko itu juga disediakan hampir sepuluh
DVD dan TV untuk mencoba kelancaran kaset yang akan dibeli. Saat akan mencoba
kaset aku melihat tanganku yang kosong. Rasanya ringan sekali, seperti ada yang
kurang, sepertinya aku tadi memegang sesuatu ditanganku. Tapi apa ya?
Ya Tuhan!! DOMPETKU! Iya,
dompetku tak ada! Tadinya kupegang, tapi sekarang tak ada. Aku panik kian
kepalang, pacar juga ikutan panik. Dompetku hilang, dan aku tak tahu entah
terjatuh dimana. Kudatangi gang tempat DVD yang sempat kupilih-pilih di dalam
toko itu, takut-takut kalau dompetku terjatuh disitu, tapi sia-sia. Aku semakin
panik. Lalu teringat tempat terakhir aku memegang dompet adalah saat diatas
motor, dalam perjalanan menuju toko DVD. Aku langsung berjalan cepat ke tempat
parkir motor dan....tebak apa yang kudapat?
Ada dompetku disana.
Teronggok manis diatas jok motor. Warna cokelatnya memang tersamar diantara
hitamnya warna jok. Tapi ukuran dompet yang besar membuat semua orang tahu
bahwa itu dompet. Ah, syukurlah. Thanks God! You save me! You save my life for
June! Cepat-cepat kusambar pacar yang sudah buru-buru keluar dari toko tuk
memberitahu bahwa dompetnya sudah ketemu. Rasanya lega sekali dan kami langsung
bergegas tuk pulang.
Sampai diparkiran, seorang
juru parkir datang dan tersenyum. Dengan logat Kupang dia berkata: “Makanya jangan suka lupa dek. Kita orang
sengaja jadikan dompetmu umpan, kalau-kalau ada orang mau ambil dompetmu, kita
mau pukul itu orang. Daritadi sudah banyak yang lihat-lihat mau ambil, tapi
entah kenapa tak ada yang berani sentuh.” paparnya.
Ya ampun, aku merasa
tersentak sekali disitu. Aku kira dompetku berhasil kembali karena faktor
keberuntungan. Ternyata ada seorang tukang parkir yang menjaganya dari jarak
kurang lebih 2 meter sehingga tak ada orang yang berani mengambilnya, padahal
lokasi parkir motor adalah di tepi jalan besar yang banyak dilalui orang. Dia
tak berani menyentuh dompetku, takut-takut ada yang hilang. Tapi bukan berarti
dia lepas tanggung jawab begitu saja. Di sela-sela waktunya menanti aku keluar,
dia setia menjagai dompetku.
Dijalan aku memeriksa isi
dompetku dan tak sehelai benangpun hilang dari dalamnya. Luar biasa sekali
kejujuran dan tanggung jawab abang tukang parkir itu. Aku sampai merasa seperti
ditegur secara halus oleh Tuhan dari atas sana! Ah, andai saja aku seorang
pengusaha pasti tukang parkir itu langsung ku booking tuk jadi salah seorang
pekerjaku. Cari orang pintar itu gampang sekali, tapi saat ini cari orang jujur
jauh lebih sulit karena jumlahnya hanya ada 1 : 100 menurutku.
Abang parkir itu mencuri
pikiranku. Sepanjang perjalanan pulang aku terus bersyukur bahkan mendoakan si
abang tukang parkir agar murah rejeki dan diberkati Tuhan. Seorang juru parkir
dengan tanggung jawab dan kejujurannya bisa mengalahkan pikiran pejabat negeri
ini yang suka KORUPSI. Kalau saja semua pejabat negara berhati dan berpikiran
sama seperti abang juru parkir pasti negeri ini bebas dari korupsi yang
sekarang sudah seperti jamur di musim hujan.
Betapa terpukulnya aku
dengan kejadian ini. Merasa sedang ditegur olehNYA lewat kebaikan orang lain. Banyak
kesalahan yang telah kuperbuat dua minggu terakhir, bandel ku kumat, melalaikan
saat teduh tiap pagi, melupakan doa malam dan meninggalkan doa pagi. Rasanya mulai
jauh dariNYA dan kejadian ini mengingatkanku lagi untuk kembali ke jalur yang
benar. Tuhan sering sekali menegurku dengan cara baik-baik, dan jika aku tak
kunjung sadar barulah cara keras yang kuterima. Terimakasih Tuhan, sudah mau
mampir lewat kejujuran abang tukang parkir itu. Abang juru parkir berlogat
Kupang, aku doakan kamu jadi pejabat, someday!